Bendungan Pertama di Provinsi Sulawesi Barat Sebagai Penyokong Pertanian dan Perkebunan Komoditi Unggulan
Provinsi Sulawesi Barat akan memiliki bendungan pertama, Proyek Pembangunan Bendungan Budong – Budong di kabupaten Mamuju Tengah terus dikebut penyelesiannya. Sebagai daerah yang tengah berkembang, Kabupaten Mamuju Tengah diperkirakan akan memiliki banyak membutuhkan air baku dalam volume besar, dari sumber air Bendungan Budong-Budong inilah yang akan menyokong kegiatan pembangunan baik di bidang pertanian lahan basah maupun kegiatan industri.
Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah dilalui tujuh sungai yakni Sungai Budong-Budong, Lumu, Karama, Karossa, Benggaulu, Kamansi, dan Panggajoang yang mengalir dari daerah perbukitan di bagian timur menuju ke daerah pesisir arah barat dan bermuara di perairan laut Selat Makassar. Bendungan Budong-Budong dibangun dengan membendung Sungai Salulebbo yang merupakan anak sungai Budong-Budong.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menetapkan proyek bendungan pertama di Sulawesi Barat ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Perpres No. 109 Tahun 2020 untuk menambah jumlah tampungan air dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan air.
Pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus Pemerintah tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing, namun juga pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat. Dari pembangunan bendungan, akan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani.
Kabupaten Mamuju Tengah sendiri memiliki luas wilayah 306.527 km2 yang didominasi dengan lahan kering sekitar 38% dan sekitar 24% lahan kering sekunder. Kabupaten ini terdiri dari lima kecamatan yakni Kecamatan Tobadak, Pangale, Budong-Budong, Topoyo, dan Karossa dengan komoditas unggulan seperti tanaman pangan padi dan palawija serta perkebunan sawit, kakao, kelapa, jeruk, kopi, tanaman obat, dan aromatika (nilam).
Secara administratif, Bendungan Budong-Budong berada di Desa salulebo, Kecamatan Topoyo dengan daerah layanan meliputi Daerah Irigasi Tobadak, Sulobaja, Bambadaru, Sallogata, Tinali, Barakkang, dan Lembah Hada.
Dibangun oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III, Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Bendungan Budong-Budong akan memiliki kapasitas tampungan sebesar 65 juta meter kubik. Besaran volume air ini akan mencukupi kebutuhan pengembangan dan peningkatan Daerah Irigasi (DI) seluas 3.500 hektare.
Kepala BWS Sulawesi III Kementerian PUPR, Dedi Yudha Lesmana, ST. MT. menjelaskan, penyediaan air untuk berbagai kebutuhan di Kabupaten Mamuju Tengah yang juga merupakan daerah potensial untuk berbagai jenis komoditi unggulan baik dari sektor pertanian maupun perkebunan melatar belakangi pembangunan Bendungan Budong-Budong ini.
Selain irigasi dan penyediaan air baku, pembangunan bendungan ini juga sangat diperlukan sebagai pengendali banjir untuk kawasan rawan bencana seperti Kecamatan Budong-Budong, Topoyo, dan Karossa dengan mereduksi 60% dari 341,59 m3/detik menjadi 106,76 m3/detik. Bendungan Budong-Budong juga memiliki potensi manfaat air baku sebesar 410 liter/detik, serta Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM).
Masih dalam naungan BWS Sulawesi III, KaBalai Dedi menyebutkan, proyek irigasi, normalisasi sungai, pengaman pantai, pengendali banjir, embung dan bendung juga menjadi fokus pekerjaannya. “Rencana kegiatan ke depan, kami berupaya memaksimalkan potensi potensi yang ada di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat untuk peningkatan produktivitas pertanian, peningkatan kualitas air baku, pengamanan abrasi pantai, dan pengendali banjir,” terangnya.[hs]
Baca artikel lengkapnya di Majalah Techno Konstruksi (Fisik dan Digital)