Sejumlah Desain dan Performa Shoring System di San Fransisco

Sejumlah Desain dan Performa Shoring System di San Fransisco

EVENT | Techno Konstruksi. Dua pakar struktur bawah, Hadi J Yap dan Alfred Jonathan Susilo bertemu dalam diskusi geoteknik Design and Performance of Several Shoring System in San Fransisco yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Teknik Sipil Universitas Tarumanegara di Gedung M, kampus Universitas Tarumanegara, baru-baru ini.

Dalam kurun waktu seabad, San Fransisco mengalami banyak perubahan dalam Skyline. Hadi J. Yap, PhD, PE, GE berada di San Francisco dari tahun 1978 menjadi praktisi konstruksi bawah tanah di sana. Di hadapan mahasiswa teknik sipil Universitas Tarumanegara, Hadi menceritakan empat proyek bangunan ternama di San Fransisco yang ia garap struktur bawahnya serta penting peran shoring atau perancah.

Proyek pertama, Bridgeview Condominum, proyek ini dekat sekali dengan Blitz Vew Foundation berada dekat perbatasan San Francisco dan Oakland. Tiap harinya ada 200 ribu kendaraan yang melewati jembatan perbatasan ini, sehingga konstruksi galian tidak boleh mengganggu aktivitas lalu lintas. Secara kognitif hampir dipastikan tidak ada masalah karena galiannya hanya satu setengah meter.

Proyek kedua adalah bangunan 40 lantai dengan galian basement yang awalnya didesain untuk empat lantai, namun kemudian berubah permintaan menjadi dua lantai karena finansial owner karena semakin besar/dalam galian akan semakin besar biaya perizinan dan konstruksinya.

Proyek ketiga Hadi adalah Four Seasons Hotel dengan 36 lantai, penggunaan pipa-pipa baja hingga 3 row dan diameter 24 inci. Proyek keempat, Oceanwide Center bangunan dua tower. Ekskavasi sedalam 72 feet dan konstruksi fondasi menggunakan borepile hingga ketemu bedrock.

Oceanwide ini bersebelahan dengan tiga gedung lainnya, maka harus dipelajari dampak getaran dari konstruksi galian. Hasil perhitungan pertama akan getaran, ditolak oleh engineer gedung sebelah dianggap masih mengganggu, hingga harus diulang kembali perhitungannya. Proyek ini pun berada di areal dekat marketplace yang sibuk, belum lagi di bawahnya terdapat 14 saluran, termasuk tunnel kereta api bawah tanah. Maka bangunan tidak boleh membebani tanah itu.

Hadi mengingatkan, faktor yang harus diperhatikan mencakup faktor stabilitas atau clay, keadaan tanah seperti tanah lempung atau pasir. Tanah pasir memiliki tekanan air yang tinggi maka tanah lempung di atasnya bisa terangkat. Berdasarkan pengalamannya pergerakan paling terbesar adalah berada pada dasar galian lateral.

Pembicara kedua yang tak kalah pentiing ialah Alfred Jonathan Susilo, praktisi yang juga pengajar di kampus UNTAR ini. Dari kajian Contoh Pekerjaan Shoring di Indonesia yang dipaparkannya, Alfred memilki banyak pengalaman akan kondisi tanah di Indonesia.

Lebih dari itu, pengalamannya seolah sebagai spesialis penangan gagal konstruksi yang dikerjakan kontraktor sebelumnya. Kegagalan konstruksi galian dan strukur bawah ini tak terkecuali yang dikerjakan oleh kontraktor dengan nama besar bahkan.

Alfred dalam paparannya kali ini menambahkan sistem tradisional seperti penggunaan dolken yang kerap ia lakukan. Juga, galian terbuka yang hanya menggunakan terpal sebagai pelindung dinding galian, tentunya dengan memperhatikan cuaca dan hanya dilakukan di musim kemarau. Pemanfaatan batu kali dan batu bata.

Di akhir seminar, Alfred menceritakan pengalaman terbarunya dipercaya menangani Ibu Kota Negara baru dengan kondisi tebing 16 meter. Desain terasering berundak dengan tanaman merambat ia tentukan untuk menjaga keaslian alam dan menghindari konstruksi beton.[hs]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright 2023 PT MULTIKARYA SUBUR ABADI – All Right Reserved.